Betapa indahnya ciptaan Allah,
beraneka ragam bentuk dan gerakannya, serta hukum dan tata caranya, manusia
disibukkan olehnya. Tidak adakah sekarang yang merenungkan siapakah Allah?
Tidak adakah sekarang yang berbondong-bondong mendatangi-Nya? Allah adalah
pepujaan, Allah adalah sesembahan.
Puja-puji yang tidak sepenuh jiwa
datang kepada-Nya, hanya merupakan lagu-lagu dan hitungan dalam suara dan hati.
Alangkah indahnya zaman Rasulullah s.a.w., para Wali berkumpul bersama dalam
tubuh dan jiwa, hadir, berkomunikasi dalam puja dan puji kepada Allah, sehingga
Allah selalu dekat, memimpin dan membimbing dengan Nur-Nya dalam kesejukan dan
ketenangan jiwa.
Kukhusuki Islam dengan kebodohanku
dan kefakiranku, tidak ada sesembahanku kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah
Rasulullah. Kudatangi Allah dengan jiwaku dan aku kembalikan wujudku
kepada-Nya. Jiwaku milik-Nya, wujudku kehendak-Nya.
Di
sana aku puja Allah, alangkah indah dan lembut. Aku shalat, aku datang, aku
berbicara dengan kerinduanku kepada-Nya. Satu persatu ajaran Rasulullah s.a.w.
aku jalankan. Aku bershalawat dan bersalam kepada Rasulullah dengan Lillahi
ta’ala. Itu
adalah doaku. QS Al Ahzab 33 ayat 56 adalah pedomanku:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Aku rasakan manisnya, indahnya,
lembutnya getaran Iman. Isbatul yaqin aku dapatkan untukmu Islam. Air mata
menetes tanda keharuan.
Andaikan orang-orang yang
menyatakan dirinya punya dasar, berani datang berjalan kepada-Nya, niscaya
mereka akan mendapati bukanlah perbedaan-perbedaan pikir yang runcing, tapi
Islam yang maha luas.
Ya
Allah. ...
ajarkanlah kami mencintai-Mu, mencintai Rasulullah, mencintai perbuatan yang Engkau
sukai & mencintai hamba-hamba-Mu yang
mencintai-Mu ...
|
Kesaksian
adalah perjalanan, bila sudah sampai, apa arti kesaksian? Aku tidak boleh
membenci, Abu Lahab, kaum Quraisy bertugas menempa Rasulullah s.a.w..
Rasulullah s.a.w. teladan manusia, begitu pula kisah Nabi Musa a.s. dan
Fir’aun, masing-masing bertugas mempertahankan kebenaran mereka dengan jiwa
yang keras, Nabi Musa a.s. dengan kebenaran hakiki sementara Fir’aun dengan
kebenaran dirinya, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Jika tidak bisa dengan tanganmu dan nasehatmu, maka doamu untuk
mereka.”
Sekarang aku tahu akan daku,
kelanggengan adalah hakikiku, yang Engkau dahului dengan pengakuan-Mu, yaa
Allah sebagai sesembahan manusia.
Pengakuanku adalah kehancuranku,
juga syirikku. Kefanaan adalah pasrahku, dalam keheningan Engkau lebih nyata
dariku, lebih nyata dari yang tampak. Engkau bersembunyi dalam Qur’an-Mu.
Ya Allah bila dalam aku
memakrifatkan diriku kepada-Mu terdapat kekurangan dan kesalahan, ampunilah aku
ya Allah, aku bersaksi Laa Ilaha illa Allah, Muhammad Rasulullah.
Berkehendaklah Allah dengan rahmat-Mu
kepada semua yang tergelar, jangan Engkau tinggalkan dan Engkau murkai semua
yang tergelar ini.
Rahmat Allah bersama kita semua.