-->
Oleh : Cahya Saputro
Salam,
Pernah kudengarkan dialog yang membuat takjub, yaitu ketika ada orang yang merasa dirinya seseorang, yang mengaku dari Gresik datang menemui orang tua. Dia bercerita bahwa dia berkali-kali bermimpi ditunjuk oleh Bung Karno untuk menggantikannya. Bahkan dalam salah satu mimpinya yang paling fenomenal adalah mi’raj ke langit. Dalam mi’rajnya ke langit, di setiap langit dia berjumpa dengan salah satu Nabi sebagaimana dikisahkan dalam hadits. Setiap Nabi yang ditemuinya selalu bertanya, “Surya, kamu mau kemana?” Dan dia selalu konsisten menjawab, “Aku mau ke Allah.”
Kepada orang tua, dia bertanya, “Siapakah saya, pak?” Orang tuaku menjawab, “Kamu sudah betul, tujuanmu adalah Allah.”
Pernah kudengarkan dialog yang membuat takjub, yaitu ketika ada orang yang merasa dirinya seseorang, yang mengaku dari Gresik datang menemui orang tua. Dia bercerita bahwa dia berkali-kali bermimpi ditunjuk oleh Bung Karno untuk menggantikannya. Bahkan dalam salah satu mimpinya yang paling fenomenal adalah mi’raj ke langit. Dalam mi’rajnya ke langit, di setiap langit dia berjumpa dengan salah satu Nabi sebagaimana dikisahkan dalam hadits. Setiap Nabi yang ditemuinya selalu bertanya, “Surya, kamu mau kemana?” Dan dia selalu konsisten menjawab, “Aku mau ke Allah.”
Kepada orang tua, dia bertanya, “Siapakah saya, pak?” Orang tuaku menjawab, “Kamu sudah betul, tujuanmu adalah Allah.”
Lho, orang ini malah kecewa, karena jawabannya tidak menyenangkannya. Dia yang berharap bahwa sebagaimana orang-orang ‘pinter’ yang menyebut dia sebagai ‘penerus Bung Karno’, agar orang tuaku menegaskan bahwa dia betul-betul penerus Bung Karno. Karena kecewa, segera dia berpamitan pulang.
Kasihan orang itu, terjebak dalam selubung ‘somebody’nya, hingga menolak nasehat yg hebat itu.
Padahal, kalau dia betul-betul konsisten dengan dongengnya, Allah akan menjawab pertanyannya, yaitu siapakah aku? Karena fakta (kebenaran - haq) menunjukkan manusia diciptakan dari air mani, disempurnakan bentuknya, diberi kehidupan, dikeluarkan dari perut ibunya, bisa mendengar, melihat dan sadar, punya kehendak bebas dan menyebut dirinya aku.
Jadi manusia itu terdiri atas:
1. jasmani, dikenali
dengan kemampuan (kodrat) panca indra
& ditelaah dengan akal budi; hanya
punya satu aturan main, yakni puaskan! Shg oleh nenek2 kita
disebut dengan nafsu amarah. Memuja Allah dengan berdiri, karena fitrahnya jatuh ke bawah.
2. Ruhani, rahasia Allah, cirinya hidup yg
tdk spt tumbuhan
atau hewan atau homo erektus, atau jin
atau malaikat
3. Kodrat – karena memiliki kemampuan dan kebisaan (panca
indra plus akal budi & daya cipta); yang berkemampuan bersikap suka mencela. Oleh orang
tua disebut nafsu luwamah. Fitrahnya mencela, maka memuja Allah dengan menghormat – ruku’
4. Iradat - Kehendak bebas, oleh orang
tua disebut dengan nafsu mulhamah
/ sufiyah; fitrahnya suka mencari kenikmatan;
maka memuja Allah dengan berdiri bersyukur.
5. Diriku (aku / jiwa
/ nafs); yg berkedudukan dalam dada, disebut dengan nafsu mutmainah. Fitrahnya mengaku-aku, maka memuja Allah dengan bersujud.
Pengajaran tentang hakekat manusia ini digambarkan dalam bentuk pendopo Puri Gumuk Merang yang memiliki 4 tiang pada masing-masing sisinya. masing-masing tiang mewakili salah satu komponen dari diri manusia. Sedangkan pada pusat bangunan ini terdapat lubang menembus ke langit, yang merupakan tempat berkomunikasi dengan Allah, yakni menggambarkan ruhani manusia. Dengan ditutupnya lubang ini dengan atap tembus pandang, apakah ini berarti manusia-manusia zaman sekarang akan terhijab dari berkomunikasi dengan Allah? Wallahu’alam.
Pengajaran tentang hakekat manusia ini juga dijelaskan oleh para Wali dalam bentuk tata kota, yaitu bangunan kadipaten yang menggambarkan jasmani manusia. Di sebelah kadipaten terdapat penjara, kodim, sekolah yang menggambarkan kudrat manusia, yaitu kemampuan dan kebisaan manusia. Di sisi yang lain adalah pasar atau tempat hiburan, yang menggambarkan kehendak bebas / iradat manusia yang suka mengejar kenikmatan dan/atau keuntungan besar. Di sebelahnya terdapat masjid, bagi mereka yang sudah bersedia menyerahkan semua komponen dirinya termasuk akunya. Semua bangunan ini mengelilingi alun-alun yang kosong dengan pohon beringinnya, yang melambangkan ruhani manusia. Ruhani yang dengan itu manusia berkomunikasi dengan Allah.
Selamat mengamati dan selamat menyempurnakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar