Minggu, 22 Juli 2012

Mas Moch Saleh

Dari sumber-sumber Belanda, jelas Banyuwangi diIslamkan oleh Kumpeni. Dan semenjak diIslamkan itulah, para wali mulai muncul di Banyuwangi. Diantaranya adalah Mbah Mas Mohamad Saleh yang biasa dipanggil Mas Saleh, yang mengajarkan syariat Islam, hakekat dan makrifat, dengan bukti adanya masjid miliknya. Sampai sekarang masjid tersebut masih berdiri di daerah Sukowidi-Banyuwangi dengan nama masjid Al Mas Mochamad Saleh.
Barangkali sebagai dampak dari pemerintah Hindia Belanda yang tidak memberikan pendidikan bagi masyarakat, maka banyak lahir pelaku tasawuf. Para pelaku tasawuf di Banyuwangi pada abad XIX dan awal abad XX diantaranya adalah Mbah Mas Saleh yang senang bertapa menyendiri di sebuah bukit yang disebut Buluh Payung, di bagian barat Banyuwangi. Mbah Mas Saleh wafat pada 1918. Demikian juga RT Pringgokusumo yang menjadi bupati Banyuwangi pada 1867–1881, juga gemar bertapa di bukit Selogiri, di daerah Banyuwangi bagian utara. Hal ini berbeda dengan keadaan sekarang, dimana semua orang berlomba-lomba mengejar dan bersaing dalam bidang pendidikan dan mengejar karir duniawi, sehingga hampir tidak ada lagi para pelaku makrifatullah.
Mas Mochamad Saleh mencintai Allah melalui pendekatan makrifat, yaitu bersusah payah berupaya mendapatkan pengetahuan lebih tentang Tuhan, berupaya mengetahui struktur semesta Allah atau berupaya memahami derajat wahyu Allah. Meskipun kebanyakan manusia tidak berani atau tidak mampu memahami esensi Allah.
Dari Abu Hurairah r.a. menyatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda bahwa ada tujuh orang yang dinaungi Allah pada hari dimana tidak ada naungan, kecuali naungan Allah. Diantara tujuh orang tersebut adalah orang yang berdzikir hingga bercucuran air mata.
Menurut Kiai Harun dari Tukang Kayu Banyuwangi, Mbah Mas Saleh menggembleng 20 orang ulama di rumah beliau di Manggisan sebelum beliau kembali ke Allah, diantaranya adalah Kiai Kholil dari Bangkalan, Kiai Syamsul Arifin, bapak Kiai As’ad dari Situbondo. Kiai Harun mengaku sebagai yang termuda dari kedua puluh orang tersebut.
Menurut pak Janoto, seorang pendekar silat yang sampai sekarang masih hidup, Mbah Mas Saleh menyampaikan pesan kepada para sesepuh Temenggungan-Banyuwangi, bahwa ilmu tertinggi adalah ilmu Allah. Ilmu-ilmu yang lain hanyalah cabang-cabangnya saja. Dengan demikian orang-orang yang mencintai Allah akan mendapatkan karomah (kemuliaan) dan mukjizat dari Allah tanpa melakukan laku keilmuan.
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman, “Barang siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Hamba-Ku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku sukai, daripada sesuatu yang Aku fardhukan atasnya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sunat-sunat sampai Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku menjadi Pendengaran untuk pendengarannya, Penglihatan untuk penglihatannya, Tangan untuk perbuatannya dan Kaki untuknya berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku benar-benar memberinya, jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku benar-benar melindunginya. Dan Aku tidak bimbang terhadap sesuatu yang Aku lakukan, seperti kebimbangan-Ku terhadap jiwa [nafsi] hamba-Ku yang beriman yang tidak senang mati, sedang Aku tidak senang berbuat buruk terhadap-Nya.”
Hadits yang diriwayatkan baik oleh Bukhari maupun Muslim di atas, dengan jelas sekali menggambarkan kemuliaan yang dengan sendirinya akan diperoleh bagi orang yang cinta kepada Allah dan salah satunya terbukti dengan berbagai kesaksian kemuliaan yang diperoleh Mbah Mas Saleh.
Menurut Mbah Rokyan, juga seorang pendekar silat dari Singotrunan-Banyuwangi, Mbah Mas Saleh tidak tidur selama 17 tahun, sedangkan Mbah Haji Ridwan (muridnya) dari desa Kelir–Banyuwangi ketika dilatih di Watu Dodol untuk tidak tidur, hanya mampu bertahan 13 hari. 
Kenapa orang Patrap selalu membicarakan kesaktian?
Bukan karena kesaktian itu yang menjadi tujuan. Bukan pula Patrap untuk mencari kesaktian. Namun kesaktian adalah untuk menjadi saksi atas kedekatan mereka kepada Tuhan.
Tentunya Patrap tidak dicapai melalui kesadaran, tetapi Jiwa atau Sang Diri yang hadir kepada Tuhannya.

12 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

    BalasHapus
  2. alhamdulillah trimakasih penulis saya jadi tau sejarah Moyang saya mbah Mas Moch Saleh, saya keturunannya dari Sayu Pondani

    BalasHapus
  3. Maaf mau tanya apakah mbah mas shaleh masih keturunan raja

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya betul Tawang alun aja panggil paman kalau ga salah raja ke 3 blambangan

      Hapus
  4. Balasan
    1. Ngapunten,apakah boleh saya minta silsilah beliau?🙏

      Hapus
    2. Bisa hub saudara tertua,, pk soeroso

      Hapus
  5. mas mohamad sholeh bin mas mangun sastro bin mas anggrang kusumo bin mas jogo rempek

    BalasHapus
  6. mas rempek bin mas bagus wiroguno bin mas wiroguno bin tawang alun 2 dari istri selir

    BalasHapus